Di Kick Andy pada segment
pertama ditampilakn narasumber atau bintang tamu seorang guru
matematika yang menjadi kepala sekolah Kadesius Kudusyang menetapkan
bawha pentingnya nilai-nilai kejujuran, pada setiap hari sabtu
diadakan jam khusus yauitu jam PAK (pendidikan Anti Korupsi) dan
semua murid memakai pin yang bertuliskan sekolah Kudus anti korupsi
.salah satunya ditindakan gerakan anti mencontek , dan didirikan
kantin kejujuran yang membeli barang dengan bertransaksi secara
mandiri. Kalau warungnya tidak ada yang membayar pasti warung
tersebut akan bangkrut . Uang tersebut dimasukan kedalam kotak yang
tidak dikunci.Ada juga telfon anti kejujuran dan ulartangga anti
korupsi.slogan SMP tersebut adalah JUJUR,TEGAS,ANTI KORUPSI.
Pada segment kedua
ditampilkan bintang tamu yang bernama Fatma seorang anak kelas 3 SMP
yang menciptakan sebuah game yang Race araid yang bercerita tentang
tikus yang memberantas korupsi yang mengambarkan tikus sebagai sifat
koruptor yang sering mengambil hak orang lain. Yang ditembak dengan
garuda yang mengambarkan lambang negara indonesia . Tikus ini memakan
dari tujuan-tujuan dari suatu negara.seperti bulling, skip school,
menyogok, mencontek. Pesan dari game ini adalah orang-orang yang
tidak tau malu coba fikirkan anaknya,istrinya,ibunya,bapaknya. Di
level 3 tikus ini menyogok dan jika uang tersebut diambil maka akan
kalah .maka intinya uang sogokan itu jika dimakan tidak akan baik
efeknya.
Di segment ketiga ada
seorang sutradara yang membuat film tentang korupsi yang berjudul
Kita Versus Korupsi yang berceritakan mengenai berbagai hal yang
menyinggung mengenai tindak kasus korupsi – sebuah penyakit sosial
dan hukum yang saat ini sedang mewabah dengan begitu hebatnya di
kalangan masyarakat Indonesia. Namun, mungkin akan jauh dari bayangan
banyak orang, Kita Versus Korupsi tidaklah berniat untuk
bercerita secara investigatif mengenai proses perlawanan terhadap
kasus-kasus besar korupsi di negeri ini. Empat film pendek yang ada
dalam satuan Kita Versus Korupsi lebih ingin menunjukkan
bagaimana sebenarnya sebuah tindakan korupsi sebenarnya dapat berada
di berbagai sudut kehidupan keseharian penontonnya.
Kita Versus Korupsi
dibuka dengan film pendek arahan Emil Heradi yang berjudul Rumah
Perkara. Dengan latar belakang suasana daerah pinggiran
perkotaan, film pendek ini berkisah mengenai seorang lurah yang
bernama Yatna (Teuku Rifnu Wikana) yang mengkhianati kepercayaan desa
yang ia pimpin dengan membantu proses penggusuran rumah warga untuk
sebuah proyek real estate. Sebuah kisah drama komedi romansa
dihadirkan oleh Lasja F. Susatyo lewat Aku Padamu yang
berkisah mengenai hubungan asmara yang terjalin antara Vano (Nicholas
Saputra) dan Laras (Revalina S. Temat). Hubungan asmara tersebut
tidak disetujui oleh orangtua Laras. Karenanya, Vano lantas mengajak
Laras untuk kawin lari. Sayangnya, ketiadaan kartu keluarga justru
menghalangi niat tersebut. Sebuah godaan yang datang dari seorang
calo (Norman Akyuwen) justru membawa memori laras kembali ke masa
kecilnya tentang gurunya yang bernama Arwoko (Ringgo Agus Rahman)
yang menjadi korban sistem pendidikan yang tidak adil.
Diarahkan oleh Ine Febriyanti, film pendek ketiga
yang berjudul Selamat Siang, Risa! berlatarbelakang waktu di
tahun ’70-an. Seorang pria bernama Arwoko (Tora Sudiro) bekerja
sebagai seorang mandor gudang dengan sikap tegasnya yang jujur dan
anti berbuat curang. Namun, sikapnya tersebut kemudian mendapatkan
ujian ketika salah seorang anaknya sedang menderita penyakit parah
sementara ia dan istrinya, Niken (Dominique) sama sekali tidak
memiliki uang. Kisah terakhir yang dihadirkan dalam Kita Versus
Korupsi adalah film pendek Chairun Nissa yang berjudul Psssttt…
Jangan Bilang Siapa-Siapa. Film pendek ini berkisah mengenai
penelusuran seorang siswi sekolah mengenah atas, Gita (Alexandra
Natasha), terhadap mudahnya pembiaran tindakan korupsi yang telah
dimulai dari lingkungan keluarga.
Jangan salah. Walau tidak dirilis secara luas di
layar lebar dan hanya dirilis secara terbatas dengan memutarkannya
melalui rangkaian roadshow yang digelar dari kota ke kota di
Indonesia, Kita Versus Korupsi mungkin adalah film omnibus
terbaik yang pernah dirilis hingga saat ini. Empat sutradara dari
empat film pendek yang terdapat dalam Kita Versus Korupsi
mampu dengan tegas menunjukkan bagaimana pemanfaatan waktu yang
singkat untuk menghantarkan sebuah kisah dengan tema penceritaan dan
pesan yang mendalam. Bahkan, yang lebih mengesankan lagi, empat film
pendek dalam Kita Versus Korupsi tetap mampu memberikan
elemen sentuhan hati dalam kisahnya – sesuatu yang banyak dilupakan
para pembuat film pendek dalam berbagai film omnibus yang kebanyakan
hanya mengandalkan premis dan jalan cerita yang mengandung kejutan
atau adegan berdarah.
Pemilihan untuk menghadirkan narasi kisah bertema
kasus korupsi dari berbagai sisi kehidupan yang lebih familiar memang
mampu menjadi kekuatan tersendiri bagi Kita Versus Korupsi.
Keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi sama sekali
tidak pernah memberikan tudingan atau hujatan pada sebuah tindakan
korupsi. Pendekatan yang dilakukan setiap kisah yang hadir dilakukan
secara positif yakni dengan menunjukkan bahwa sebuah tindakan korupsi
justru akan secara perlahan memberikan dampak negatif pada sang
pelaku maupun orang-orang yang berada di dekatnya. Kita Versus
Korupsi juga lebih memberikan ruang kepada para penontonnya
untuk mencerna dan memahami apa dampak korupsi itu sendiri daripada
hanya sekedar mengajak mereka untuk menghujat para pelaku korupsi.
Selain disutradarai oleh orang-orang yang tahu
betul bagaimana cara bercerita dengan baik dan benar, keempat film
pendek dalam Kita Versus Korupsi juga hadir semakin kuat
berkat penampilan pengisi departemen akting film ini. Beberapa
diantaranya tampil dengan mengesankan: Nicholas Saputra dan Revalina
S. Temat mampu menghasilkan chemistry yang sangat erat dan
meyakinkan pada Aku Padamu. Sementara itu, penampilan apik
Ringgo Agus Rahman dan Tora Sudiro mampu membuktikan bahwa mereka
dapat saja bermain dramatis secara meyakinkan jika mereka mau – dan
berada dalam arahan sutradara yang tepat. Dari sisi teknis, keempat
film pendek dalam Kita Versus Korupsi juga tampil dalam
kualitas yang memuaskan.
`Sangat menyenangkan untuk menyaksikan sebuah film
omnibus seperti Kita Versus Korupsi, dimana penonton
kemungkinan besar akan kesulitan untuk memilih film pendek favorit
mereka karena keempat film pendek yang hadir dalam Kita Versus
Korupsi tampil sejajar dalam kualitas penceritaan dan penampilan
yang memuaskan. Dengan rangkaian cerita yang sederhana, namun
disajikan dengan begitu kuat, kualitas teknis yang tidak mengecewakan
sekaligus didukung dengan penampilan para jajaran pengisi departemen
akting yang begitu mampu dalam menghidupkan setiap karakter yang
mereka perankan, Kita Versus Korupsi adalah film omnibus
terbaik yang mampu dihasilkan industri film Indonesia hingga saat
ini.
Kesimpulanm yang saya ambil dari semua bintang tamu
yang di tampilkan yang sangat berhubungan dengan korupsi dari segment
pertama sampai yang terakhir sanggat mendidik yang bertujau untuk
menghindari apa yang dinamakan KORUPSI. Dari sejak dini harus
dikenalkan apa yang dimaksud dengan korupsi ,efeknya apa, dan sebap
akibat yang diterima bila korupsi itu dilakukan , kejadian korupsi
tanpa kita sadari sering kita lakukan tanpa memikirkan efek yang kita
terima dari mencontek saja sudah menunjukan kita korupsi.
Pemerintah harus lebih bijak lagi untuk menindak
lanjuti kepada pelasku-pelaku korupsi di negri ini. Kalau harus di
hukum mati ,agar para korup jera untuk melakukan korupsi pada
negaranya sendiri.LAKUKAN ANTI KORUSPI SEJAK DINI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar