Sabtu, 06 Oktober 2012

LAWAN KORUPSI JANGAN MELEMPEM

Di Kick Andy pada segment pertama ditampilakn narasumber atau bintang tamu seorang guru matematika yang menjadi kepala sekolah Kadesius Kudusyang menetapkan bawha pentingnya nilai-nilai kejujuran, pada setiap hari sabtu diadakan jam khusus yauitu jam PAK (pendidikan Anti Korupsi) dan semua murid memakai pin yang bertuliskan sekolah Kudus anti korupsi .salah satunya ditindakan gerakan anti mencontek , dan didirikan kantin kejujuran yang membeli barang dengan bertransaksi secara mandiri. Kalau warungnya tidak ada yang membayar pasti warung tersebut akan bangkrut . Uang tersebut dimasukan kedalam kotak yang tidak dikunci.Ada juga telfon anti kejujuran dan ulartangga anti korupsi.slogan SMP tersebut adalah JUJUR,TEGAS,ANTI KORUPSI.

Pada segment kedua ditampilkan bintang tamu yang bernama Fatma seorang anak kelas 3 SMP yang menciptakan sebuah game yang Race araid yang bercerita tentang tikus yang memberantas korupsi yang mengambarkan tikus sebagai sifat koruptor yang sering mengambil hak orang lain. Yang ditembak dengan garuda yang mengambarkan lambang negara indonesia . Tikus ini memakan dari tujuan-tujuan dari suatu negara.seperti bulling, skip school, menyogok, mencontek. Pesan dari game ini adalah orang-orang yang tidak tau malu coba fikirkan anaknya,istrinya,ibunya,bapaknya. Di level 3 tikus ini menyogok dan jika uang tersebut diambil maka akan kalah .maka intinya uang sogokan itu jika dimakan tidak akan baik efeknya.

Di segment ketiga ada seorang sutradara yang membuat film tentang korupsi yang berjudul Kita Versus Korupsi yang berceritakan mengenai berbagai hal yang menyinggung mengenai tindak kasus korupsi – sebuah penyakit sosial dan hukum yang saat ini sedang mewabah dengan begitu hebatnya di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, mungkin akan jauh dari bayangan banyak orang, Kita Versus Korupsi tidaklah berniat untuk bercerita secara investigatif mengenai proses perlawanan terhadap kasus-kasus besar korupsi di negeri ini. Empat film pendek yang ada dalam satuan Kita Versus Korupsi lebih ingin menunjukkan bagaimana sebenarnya sebuah tindakan korupsi sebenarnya dapat berada di berbagai sudut kehidupan keseharian penontonnya.
Kita Versus Korupsi dibuka dengan film pendek arahan Emil Heradi yang berjudul Rumah Perkara. Dengan latar belakang suasana daerah pinggiran perkotaan, film pendek ini berkisah mengenai seorang lurah yang bernama Yatna (Teuku Rifnu Wikana) yang mengkhianati kepercayaan desa yang ia pimpin dengan membantu proses penggusuran rumah warga untuk sebuah proyek real estate. Sebuah kisah drama komedi romansa dihadirkan oleh Lasja F. Susatyo lewat Aku Padamu yang berkisah mengenai hubungan asmara yang terjalin antara Vano (Nicholas Saputra) dan Laras (Revalina S. Temat). Hubungan asmara tersebut tidak disetujui oleh orangtua Laras. Karenanya, Vano lantas mengajak Laras untuk kawin lari. Sayangnya, ketiadaan kartu keluarga justru menghalangi niat tersebut. Sebuah godaan yang datang dari seorang calo (Norman Akyuwen) justru membawa memori laras kembali ke masa kecilnya tentang gurunya yang bernama Arwoko (Ringgo Agus Rahman) yang menjadi korban sistem pendidikan yang tidak adil.


Diarahkan oleh Ine Febriyanti, film pendek ketiga yang berjudul Selamat Siang, Risa! berlatarbelakang waktu di tahun ’70-an. Seorang pria bernama Arwoko (Tora Sudiro) bekerja sebagai seorang mandor gudang dengan sikap tegasnya yang jujur dan anti berbuat curang. Namun, sikapnya tersebut kemudian mendapatkan ujian ketika salah seorang anaknya sedang menderita penyakit parah sementara ia dan istrinya, Niken (Dominique) sama sekali tidak memiliki uang. Kisah terakhir yang dihadirkan dalam Kita Versus Korupsi adalah film pendek Chairun Nissa yang berjudul Psssttt… Jangan Bilang Siapa-Siapa. Film pendek ini berkisah mengenai penelusuran seorang siswi sekolah mengenah atas, Gita (Alexandra Natasha), terhadap mudahnya pembiaran tindakan korupsi yang telah dimulai dari lingkungan keluarga.
Jangan salah. Walau tidak dirilis secara luas di layar lebar dan hanya dirilis secara terbatas dengan memutarkannya melalui rangkaian roadshow yang digelar dari kota ke kota di Indonesia, Kita Versus Korupsi mungkin adalah film omnibus terbaik yang pernah dirilis hingga saat ini. Empat sutradara dari empat film pendek yang terdapat dalam Kita Versus Korupsi mampu dengan tegas menunjukkan bagaimana pemanfaatan waktu yang singkat untuk menghantarkan sebuah kisah dengan tema penceritaan dan pesan yang mendalam. Bahkan, yang lebih mengesankan lagi, empat film pendek dalam Kita Versus Korupsi tetap mampu memberikan elemen sentuhan hati dalam kisahnya – sesuatu yang banyak dilupakan para pembuat film pendek dalam berbagai film omnibus yang kebanyakan hanya mengandalkan premis dan jalan cerita yang mengandung kejutan atau adegan berdarah.
Pemilihan untuk menghadirkan narasi kisah bertema kasus korupsi dari berbagai sisi kehidupan yang lebih familiar memang mampu menjadi kekuatan tersendiri bagi Kita Versus Korupsi. Keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi sama sekali tidak pernah memberikan tudingan atau hujatan pada sebuah tindakan korupsi. Pendekatan yang dilakukan setiap kisah yang hadir dilakukan secara positif yakni dengan menunjukkan bahwa sebuah tindakan korupsi justru akan secara perlahan memberikan dampak negatif pada sang pelaku maupun orang-orang yang berada di dekatnya. Kita Versus Korupsi juga lebih memberikan ruang kepada para penontonnya untuk mencerna dan memahami apa dampak korupsi itu sendiri daripada hanya sekedar mengajak mereka untuk menghujat para pelaku korupsi.
Selain disutradarai oleh orang-orang yang tahu betul bagaimana cara bercerita dengan baik dan benar, keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi juga hadir semakin kuat berkat penampilan pengisi departemen akting film ini. Beberapa diantaranya tampil dengan mengesankan: Nicholas Saputra dan Revalina S. Temat mampu menghasilkan chemistry yang sangat erat dan meyakinkan pada Aku Padamu. Sementara itu, penampilan apik Ringgo Agus Rahman dan Tora Sudiro mampu membuktikan bahwa mereka dapat saja bermain dramatis secara meyakinkan jika mereka mau – dan berada dalam arahan sutradara yang tepat. Dari sisi teknis, keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi juga tampil dalam kualitas yang memuaskan.
`Sangat menyenangkan untuk menyaksikan sebuah film omnibus seperti Kita Versus Korupsi, dimana penonton kemungkinan besar akan kesulitan untuk memilih film pendek favorit mereka karena keempat film pendek yang hadir dalam Kita Versus Korupsi tampil sejajar dalam kualitas penceritaan dan penampilan yang memuaskan. Dengan rangkaian cerita yang sederhana, namun disajikan dengan begitu kuat, kualitas teknis yang tidak mengecewakan sekaligus didukung dengan penampilan para jajaran pengisi departemen akting yang begitu mampu dalam menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan, Kita Versus Korupsi adalah film omnibus terbaik yang mampu dihasilkan industri film Indonesia hingga saat ini.
Kesimpulanm yang saya ambil dari semua bintang tamu yang di tampilkan yang sangat berhubungan dengan korupsi dari segment pertama sampai yang terakhir sanggat mendidik yang bertujau untuk menghindari apa yang dinamakan KORUPSI. Dari sejak dini harus dikenalkan apa yang dimaksud dengan korupsi ,efeknya apa, dan sebap akibat yang diterima bila korupsi itu dilakukan , kejadian korupsi tanpa kita sadari sering kita lakukan tanpa memikirkan efek yang kita terima dari mencontek saja sudah menunjukan kita korupsi.
Pemerintah harus lebih bijak lagi untuk menindak lanjuti kepada pelasku-pelaku korupsi di negri ini. Kalau harus di hukum mati ,agar para korup jera untuk melakukan korupsi pada negaranya sendiri.LAKUKAN ANTI KORUSPI SEJAK DINI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar