Sabtu, 31 Maret 2012

penulisan ilmiah

1. Pengertian karya ilmiah
Karya ilmiah adalah karya tulis yang berisi suatu pembahasan ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis. Berbagai macam tulisan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok dengan menggunakan tata cara ilmiah. Apa yang dimaksud dengan tata cara ilmiah? Yaitu suatu penulisan yang didasarkan pada sistem, masalah, tujuan, teori dan data yang digunakan untuk memberikan alternatif pemecahan masalah. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Istilah karya ilmiah disini adalah mengacu kepada karya tulis yang menyusun dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Dalam penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Penyusunan dan penyajian karya semacam itu didahului oleh studi pustaka dan studi lapangan.

2. Macam-macam karya ilmiah
a. Makalah
Makalah adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa. Tebalnya antara lima sampai lima belas halaman.
b. Skripsi
Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan di pertahankan di depan sidang ujian dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana. Tebal skripsi minimal empat puluh halaman jika ditulis dalam bahasa Indonesia, dan minimal dua puluh lima halaman jika ditulis dalam halaman bahasa asing (Arab atau Inggris).
c. Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis. Tebal tesis minimal seratus halaman.
d. Disertasi
Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan. Untuk itu, pembahasannya harus menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah. Tebalnya minimal 150 halaman.
3. Cirri-ciri karya ilmiah
 Objektif.

Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.
 Netral.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak , membujuk, atau mempengaruhi pembaca dihindarkan.
 Sistematis
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
 Logis.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
 Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
4. Persiapan dalam menulis karya ilmiah
1. Kumpulkan Informasi
2. Peka Melihat Keadaan
3. Buat Klipping Artikel Pendidikan
4. Mencari Tahu Langsung kepada Penulis
5. Memahami Karakteristik Media Masa
6. Catat Alamat Redaksi Media Masa
7. Rajin Baca Referensi
8. Consisten Mau Menulis

sumber :
http://id.shvoong.com/how-to/writing/2222452-pengertian-ciri-dan-syarat-karya/#ixzz1qlZOyJck
http://idtesis.com/karya-ilmiah-pengertian-serta-contoh/
http://skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/2010/03/hakikat-karya-ilmiah-ciri-ciri-karya.html

http://www.ancharock.com/2012/02/pengertian-dan-macam-karya-tulis-ilmiah/
http://hanifahmadi.blogspot.com/2011/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://dezhi-myblogger.blogspot.com/2012/03/persiapan-dalam-menulis-karya-ilmiah.html

Sabtu, 24 Maret 2012

penalaran deduktif

Penalaran Induktif dan Deduktif pada sebuah kalimat

1.1 Latar Belakang
Penalaran Induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus, sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Sedangkan Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.jadi penalaran induktif dan deduktif itu saling keterkaitan antara satu sama lainnya yang memiliki fenomena yang terjadi secara umum maupun secara khusus.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa penalaran Induktif itu pada sebuah kalimat.?
2. Apa penalaran Deduktif itu pada sebuah kalimat.?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk menganalisis penalaran Induktif itu pada sebuah kalimat
2. Untuk menganalisis penalaran Deduktif itu pada sebuah kalimat

2.1 Pembahasan

Penalaran Induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus, sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum
jenis – jenis penalaran induktif yaitu :
1. Generalisasi yaitu proses penalaran dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
Contoh:
· Hasil UTS mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 3EB15 telah keluar. Ternyata dari 40 mahasiswa hanya 10 orang yang mendapat nilai 90. Setengahnya mendapat nilai antara 80 – 65 dan tidak ada seorang pun yang mendapat nilai di bawah 65. Itu berarti dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kelas 3EB15 cukup pintar dalam mengerjakan soal Bahasa Indonesia.
· Pemerintah telah menjadikan Pulau Komodo sebagai habitat pelestarian komodo. Di Ujung Kulon, pemerintah mebuat cagar alam untuk pelestarian badak bercula satu. Selain itu, sejumlah Undang-Undang dibuat untuk melindungi hewan langka dari incaran pemburu. Banyak cara yang telah dilakukan pemerintah untuk melestarikan hewan-hewan langka.
Macam – macam generalisasi :
a. Generalisasi sempurna yaitu generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan penyelidikan. Contoh : sensus penduduk
b. Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Generalisasi ini dapat menghasilkan kebenaran bila melalui pengujian yang benar. Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.

2. Analogi yaitu cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang memilki sifat yang sama.
Contoh :
· Andi adalah seorang altlet lari kebanggaan Indonesia. Setiap hari dia selalu berlatih keras untuk meningkatkan kemampuan berlarinya. Demikian juga dengan Aldo, dia merupakan seorang polisi yang memerlukan fisik yang kuat untuk menjalankan tugasnya sebagai aparat penegak hukum. Keduanya membutuhkan mental dan fisik yang kuat untuk bertanding atau mambantu masyarakat melawan kejahatan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan polisi harus memilki mental dan fisik yang kuat dengan cara selalu berlatih.
· Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
Hubungan kausal yaitu penalaran yang diperoleh dari gejala – gejala yang saling berhubungan.
Contoh :
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan emas memuai

Macam – macam hubungan kausal :
a.Sebab - akibat
Contoh :
Sejumlah pengusaha angkutan di Bantul terpaksa gulung tikar karena pendapatan yang mereka peroleh tidak bisa menutup biaya operasional. Minimnya pendapatan karena sebagian besar penumpang membayar ongkos dibawah ketentuan tarif yang sudah ditetapkan, akibat ketidakmampuan ekonomi. (Sumber : Kompas, 10 Mei 2008)
b. Akibat -sebab
Contoh :
Andi mendapat nilai yang memuaskan pada ujian semester kenaikan kelas. Dia mendapat rangking pertama di kelasnya. Hasil yang diperoleh Andi ini dia dapatkan karena belajar yang sangat tekun setiap harinya.
c. Akibat – akibat
Contoh :
Kemarin Lusi mengalami kecelakaan akibat menabrak pembatas jalan. Akibat dari kecelakaan tersebut dia mengalami patah kaki dan harus dirawat di rumah sakit.

Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Entimen (silogisme yang diperpendek)
Entimen merupakan jenis silogisme yang tidak memunculkan Premis Umum,langsung dimulai dengan kesimpulan dan Premis khusus sebagai penyabab.
Contoh:
Silogisme:
Premis Umum: Orang yang baik tidak mau berbohong
Premis Khusus: Tino orang yang baik
Kesimpulan Tino tidak mau berboohong
Entimen
Tino tidak mau berbohong sebab ia orang yang baik.

Silogisme
Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi)
a. Semua siswa harus giat belajar
Susi adalah seorang siswa
Jadi Susi harus giat belajar
b. Semua binatang carnivora pemakan daging
Semua harimau pemakan daging
Jadi semua harimau pemakan daging

Silogisme dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Semua mamalia binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya. Kerbau termasuk mamalia. Jadi, kerbau : binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Yang perlu dicermati adalah, bahwa pola penalaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita tidak demikian terlihat, entah di realita pembicaraan sehari-hari, lewat surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain. Oleh sebab itu, dalam menyimak atau mendengarkan atau menerima pendapat seseorang, kita perlu berpikir kritis melihat dasar-dasar pemikiran yang digunakan sehingga kita dapat menilai seberapa tingkat kualitas kebenaran pendapat itu. Dalam hal seperti ini kita perlu mnenentukan:
1) kesimpulan apa yang disampaikan
2) mencari dasar-dasar atau alasan yang dikemukakan sebagai premis-premisnya
3) menyusun ulang silogisme yang digunakannya; kemudian melihat kesahihannya berdasarkan ketentuan hukum silogisme.
Berdasarkan hal tersebut tentu saja kita akan mampu melihat setiap argumen, pendapat, alasan, atau gagasan yang kita baca atau dengar. Dengan demikian, secara kritis kita mengembangkan sikap berpikir ke arah yang cerdik, pintar, arif, dan tidak menerima begitu saja kebenaran / opini yang dikemukakan pihak lain. Berdasarkan hal inilah akhirnya kita mampu menerima, meluruskan, menyanggah, atau menolak suatu pendapat yang kita terima.
contoh:
Premis Umum : Orang yang baik selalu membuat orang nyaman.
Premis Khusus: Rina adalah muslim yang baik
Kesimpulan: Rina selalu membuat orang nyaman.

2. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis yaitu Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya
Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh silogisme hipotesis :
Premis Umum : Semua pelajar tidak boleh merokok sebelum umur 17 tahun.
Premis kHusus : Tino adalah pelajar
Kesimpulan : Tino tidak boleh merokok sebelum umur 17 tahun.

3. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh silogisme alternatif :
Premis Umum : Nana masuk sekolah atau absen
Premis Khusus: Nana absen
Kesimpulan : Jadi, Nana tidak masuk sekolah
Bentuk Silogisme Menyimpang:
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.
Contoh:
“Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak disiplin. Kamu kan bekerja penuh disiplin. Tak usah takut akan dipecat”.
Bentuk standar:
“Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat.
Kamu adalah orang yang bekerja disiplin.
Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.

Proposisi adalah suatu ekspresi verbal dari keputusan yang berisi pengakuan atau pengingkaran sesuatu predikat terhadap suatu yang lain, yang dapat dinilai bener atau salah.
Jenis-jenis proposisi terbagimenjadi 4 bagian :
1. Proposisi berdasarkan Bentuk :
a. proposisi tunggal adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan 1 predikat.
Contoh : Unie menyayi
Ayah membaca koran
b. Proposisi majemuk adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan lebih dari 1 predikat.
Contoh : Indra belajar bermain piano dan menyayi di studio
Adik Belajar bahasa indonesia dan membuat kalimat majemuk

2.Proposisi berdasarkan Sifat :
a. Proposisi Kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subyek dan predikatnya mempunyai syarat apapun
Contoh : Semua Perempuan di indonesia akan mengalami Menstruasi
Setiap mengendarai mobil harus memakai seftybeld
b. Proposisi kondisional adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu.
Contoh : Jika yogi lulus UN maka saya akan berikan hadiah
Jika saya lulus penelitian ilmiah maka saya akan mengadakan syukuran

3. Proposisi berdasarkan kualitas:
a. proporsisi positif, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya.
Contoh : Semua gajah berbadan besar
Semua ilmuwan adalah orang pandai
b. proporsisi negatif, yaitu proporsisi dimana predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya.
Contoh : Tidak ada wanita yang berjenggot
Tidak ada binatang yang bisa bicara

4. proporsisi berdasarkan kuantitas:
a. proporsisi universal, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua.
Contoh : Semua warga Indonesia mememiliki KTP
Semua masyarakat mematuhi peratura lalulintas
b. proporsisi spesifik / khusus, yaitu proporsisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek.
Contoh : Tidak semua murid patuh kepada gurunya
Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.

Cara pengujian evidensi:
Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.(Observasi,Kesaksian,Autoritas)

a. Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
(Konsistensi,Koherensi)
b. Cara menguji autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
Tidak mengandung prasangkaPengalaman dan pendidikan autoritas
Kemashuran dan prestise
Koherensi dengan kemajuan

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi.

2.2 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka kita simpulkan bahwa pengertian dari penalaran induktif itu adalah
Peristiwa yang khusus kita amati dan menarik sehingga kita menarik kesimpulan dari peristiwa tersebut secara umum.sedangkan penalaran deduktif adalah suatu peristiwa yang umum dan kita ketahui kebenarannya atau diyakin dan berakhir dengan kesimpulan dari peristiwa tersebut secara khusus.
Contoh penalaran induktif:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
∴ Jika dipanaskan, logam memuai.
Contoh penalaran deduktif:
semua hewan punya mata
anjing temasuk hewan
anjing punya mata
Jenis – jenis penalaran induktif yaitu :
1. Generalisasi
Macam – macam generalisasi :
· Generalisasi sempurna
· Generalisasi tidak sempurna
2. Analogi
3. Hubungan kausal
· Sebab – akibat
· Akibat –sebab
· Akibat – akibat
Jenis – jenis penalaran deduktif yaitu:
1. Entimen
2. Silogisme
Silogisme dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Silogisme Kategorial
2. Silogisme Hipotesis
3. Silogisme Alternati

3. Daftar Pustaka

1 . http://robertoxie.wordpress.com/2011/09/28/penalaran-induktif/
2 . http://myblogzzvela.blogspot.com/2011/10/penalaran-induktif.html
3 . http://onan-kost.blogspot.com/2010/05/paragraf-generalisasi-analogi-dan.html
4 . http://nopi-dayat.blogspot.com/2010/03/penalaran-deduktif.html
5 . http://reza-noorfatah.blogspot.com/2011/04/penalaran-deduktif.html
6 . http://amaliamel2.blogspot.com
7 . http://meirianie.wordpress.com
8 . http://id.wikipedia.org/

Tugas kelmpok:
1 . Adytia Jaka P (14209740)
2 . Destri fitriana (11209206)
3 . Destika Mirza Andini (10209590)
4 . Erika Kristianty Nababan(10209462)

Sabtu, 17 Maret 2012

penalaran induktif

1. Pengertian penalaran induktif
Penalaran induktif atau induksi adalah penalaran yang dimulai dari sebuah pristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaan deduktif. Untuk melakukan penelitian tidak harus memiliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini ,teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menagkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
2.Jenis-jenis penalaran induktif
Ada 3 jenis pelaran induktif yaitu :
1. Generalisasi
2. Analogi
3. Sebab-akibat (kausalitas)

PARAGRAF GENERALISASI

Sebelum suatu produk di pasarkan, terlebih dahulu di perkirakan atau di pastikan apakah produk tersebut akan laku di jual atau tidak. Setiap barang yang di produksi tidak selalu ada yang membeli. Bahkan sering terjadi bahwa sebuah produk tidak laku dipasaran akibat tidak sesuai dengan selera pasar atau konsumen. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan riset pasar sebelum membuat produk baru.

Contohnya :

Kuda adalah hewan herbivora dan berkembang biak dengan melahirkan
Kambing adalah hewan hebivora dan berkembang biak dengan melahirkan
Generalisasi : semua hewan herbivore berkembang biak dengan melahirkan
Pernyataan “ semua hewan herbivore berkembang biak dengan melahirkan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya. Namun ada keadaan yang sebaliknya atas keadaan ini.


PARAGRAF ANALOGI

Ada dua Negara yang berdagang, misalnya Indonesia dengan Thailand, yang memproduksi dua macam barang, yaitu kapal terbang dan beras ketan. Untuk menghasilkan sebuah kapal terbang di Indonesia seorang pekerja harus bekerja selama empat bulan. Sedangkan di Thailand harus bekerja selama sepuluh bulan . Untuk menghasilkan 10 ton beras ketan di Indonesia , seorang pekerja harus bekerja Sembilan bulan, sedangkan di Thailand harus bekerja selama tiga bulan. Indonesia lebih unggul dalam produksi pesawat terbang karena mampu memproduksi lebih efisien, sedangkan Thailand mempunyai keunggulan mutlak dalam memproduksi beras ketan karena dapet memproduksi lebih efisien.

PARAGRAF SEBAB-AKIBAT (KAUSALITAS)
Inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri , oleh sebeb itu inflasi cenderung menambah impor. Akibatnya menyebabkan permintaan atas valita asing bertambah.

Contohnya:

Dalam bergaul anak dapat berprilaku aktif. Sebaliknya, ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu dan mengandalkan temannya. Namun, tidak dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu mambuat ulah. Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki usia sekolah.

- Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.


3.Sumber
http://um-a.blogspot.com/2011/10/penalaran-induktif.html
http://firstdiyana.blogspot.com/2011/04/jenis-jenis-penalaran-induktif.html
http://putrianggie.blogspot.com/2011/11/jenis-penalaran-induktif.html
http://www.taqdire.web.id/2010/02/penalaran-induktif.html
http://heruhartanto.blogspot.com/2012/03/penalaran-induktif-deduktif.html

Jumat, 09 Maret 2012

penalaran

PENALARAN

Pengertian penalaran

Penalaran adalah proses berfikir seseorang dengan menghubungkan bukti,fakta,petunjuk ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti dan dalam menarik kesimpulam sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukanya kepada orang lain.proses inilah yang disebut menalar .ada dua jenis metode dalam menalar yaitu deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah metode berfikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian bagian yang khusus .teori keputusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala .Berdasarkan atas prinsip umum tersebut dapat disimpulkan tetntang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala diatas.
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
A. Silogisme
Silogisme adalah suatu argumen yang bersifat deduktif yang mengandung tiga proporsi kategori yakni dua premis dan satu kesimpulan. Masing-masing premis itu yakni premis mayor (premis umum) biasanya disingkat PU dan premis minor (premis khusus) bisanya disingkat PK.
Kriteria silogisme sebagai barikut :
Premis Umum (PU) : Menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (semua A) memiliki sifat atau hal tertentu (=B)
Permis KhusuS (PK) : Menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang itu (=C) adalah golongan tertentu itu (=A)
Kesimpulan (K) : Menyatakan bahwa sesuatu atau sesorang itu (=C) memiliki sifat atau hal tersebut pada B (=B)
Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan sebagai berikut :
PU : A = B
PK : C = A
K : C = B
Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Deduktif:
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh:
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua sarjana adalah mahasiswa
Mn : adin adalah sarjana
K : adin mahasiswa
2.Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Macam tipe silogisme hipotetik
a) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
My : Jika hujan , saya naik becak
Mn : Sekarang Hujan .
K : Jadi saya naik becak.
b) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekwensinya , seperti :
My : Bila hujan , bumi akan basah
Mn : Sekarang bumi telah basah .
K : Jadi hujan telah turun
c) Silogisme hipotetik yang premis Minornya mengingkari antecendent , seperti :
My : Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa , maka kegelisahan akan timbul
Mn : Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa ,
K :Jadi kegelisahan tidak akan timbul
d) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekwensinya , seperti:
My: Bila mahasiswa turun kejalanan , pihak penguasa akan gelisah
Mn: Pihak penguasa tidak gelisah
K: Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan
3. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
4. Entimem
Merupana suatu bentuk silogisme juga. Tetapi, di dalam entimem salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. Bentuk silogisme ini bisa dimunculkan dalam dua cara: 1) C=B karena C=A, dan 2) Karena C=A, berarti C=B.
PENALARAN Induktif:
Penalaran Induktif adalah Penalaran yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan kesimpulan yang umum. Selain itu Penalaran induktif dapat diartikan sebagai proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induks.
Contoh Penalaran Induktif :
Semua makhlukhidup bernafas (premis mayor )
Binatang adalah makhluk hidup ( premis minor )
Jadi Binatang bernafas ( konklusi )

Jenis Jenis Penalaran Induktif :

1.Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi.

Contoh :
Kuda adalah hewan herbivora dan berkembang biak dengan melahirkan
Kambing adalah hewan hebivora dan berkembang biak dengan melahirkan
Generalisasi : semua hewan herbivore berkembang biak dengan melahirkan
Pernyataan “ semua hewan herbivore berkembang biak dengan melahirkan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya. Namun ada keadaan yang sebaliknya atas keadaan ini..

2.Analogi
Analogi adalah proses penalaran yang berdasarkan pembagian dan terhadap sejumlah gejala khusus yang memiliki kesamaan kemudian ditarik kesimpulan. Analogi juga berarti suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama. Ada juga yang mengartikan bahwa analogi merupakan proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula pada hal lain.
Analogi dapat diperinci dengan tujuan berikut :
- Untuk meramalkan kesamaan
- Untuk menyingkap kekeliruan
- Untuk menyusun sebuah klasifikasi

3.Kausalitas
Kausalitas merupakan perinsip sebab-akibat yang dharuri dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Pada umumnya hubungan sebab akibat dapat berlangsungdalam tiga pola, yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Namun, pola yang umum dipakai adalah sebab ke akibat dan akibat ke sebab. Ada 3 jenis hubungan kausal, yaitu:

-Hubungansebab-akibat.
Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan gagasan penjelas.

Contoh:
Anak-anak berumur 7 tahun mulai memasuki usia sekolah. Mereka mulai mengembangkan interaksi social dilingkungan tempatnya menimba ilmu. Mereka bergaul dengan teman-teman yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan demikian, berbagai karakter anak mulai terlihat karena proses sosialisasi itu.

- Hubungan akibat-sebab.
Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.

Contoh:
Dalam bergaul anak dapat berprilaku aktif. Sebaliknya, ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu dan mengandalkan temannya. Namun, tidak dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu mambuat ulah. Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki usia sekolah.
- Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.

Contoh :
Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker naik, sudah barang tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.



Sumber:

http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2131075-pengertian-penalaran-induktif/#ixzz1obxTmju8

http://bloguli.wordpress.com/2011/10/28/macam-macam-penalaran/


http://um-a.blogspot.com/2011/10/penalaran-induktif.html